PONDOK PESANTREN AL-ROUDLOH
Berawal dari keresahan KH. Asnawi Rohmat melihat pemuda Kajen kebanyakan hanya membuang waktunya dengan bermain-main dan kesia-siaan, semantara kajen sendiri tempat belajarnya para santri yang merupakan dari berbagai penjuru datang dan belajar di Desa Kajen. Akhirnya KH. Asnawi Rohmat berinisiatif untuk mengundang dan mengumpulkan para pemuda Kajen yang memiliki banyak waktu terbuang tersebut, supaya mau belajar sebagaimana para santri yanga ada di Desa Kajen dari berbagai daerah itu.
Ajakan KH. Asnawi Rohmat kepada para pemuda Kajen akhirnya pun menuai hasil yang positif dengan terbentuknya kegiatan-kegitan pengajian para pemuda Kajen di rumah KH. Asnawi Rohmat secara rutin dalam tiap harinya.
berawal dari pengajian itu, suatu ketika terdapat seorang anak dari luar desa kajen yang dititipkan kepada Kiai Asnawi untuk nyantri kepadanya. oleh sebab santri yang baru satu, anak tadi pun diperlakukan sebagaimana anaknya sendiri. dan pada waktu itu juga belum ada sama sekali bangunan pondok untuk santri.
Dimulai dari satu, lambat laun bertambah menjadi dua, lima hingga sampai sekarang kurang lebih mencapai jumlah 90-an santri putra maupun putri.
Layaknya sebuah Pondok Pesantren sebagaimana umumnya, di Pondok Pesantren Al-Roudloh sudah tentu diajarkan kitab kuning (kitab karangan ulama klasik). hanya saja yang mejadi ciri khas tersendiri adalah penekanan di Pondok Pesantren Al-Roudloh ini lebih pada pembangunan akhlak para santri putra maupun putri.
Hal ini dapat dilihat dari kita yang diajarkan di Pondok Pesantren Al-Roudloh yang lebih banyak memberikan kitab yang banyak menerngankan berkaitan dengan akhlak. selain itu, di Pesantren Al-Roudloh juga mengembangan pembelajaran bahasa Asing seperti bahasa Inggris.
Dengan demikian, Pesantren al-Roudloh sebenarnya telah memasuki zona pesantren yang diistilahkan dengan Pesantren Khalaf yakni pesantren yang memadukan keilmuan klasik dan modern.
Budaya Santri Al-Roudloh
Santri Al-Roudloh merupakan salah satu dari santri yang berada di pesantren di desa Kajen dari sekian banyaknya pesantren-pesantren yang berdiri di Desa Kajen. mewakili sebagai santri kajen, sudah barang tentu kekhasan dan keunikan santri Kajen juga terpatri dalam masing-masing hati sanubari para santri al-Roudloh.
Cara berpakian rapi dengan sarung dan songkok bagi laki-laki dan kerudung atau hijab dengan pakaian panjang sopan bagi perempuan bukanlah menjadi hal baru di Pesantren Al-Roudloh.
semantara untuk kegiatan yang diwajibkan, seperti sholat jama'ah, pembacaan ayat-ayat al-Qur'an sebelum dimulainya jama'ah, ngaji kitab klasik maupun keilmuan bahasa Asing senantiasa terlaksana sebagaimana yang terjadwalakan.
Begitulah sedikit pendidikan yang ditanamkan di Pesantren Al-Roudloh oleh Kiai Asnawi dan juga Nyai Ainun Nadliroh.
Di pesantren al-Roudloh pendidikan kedisiplinan senantiasa dipadukan dengan kelonggaran. dengan kombinasi dari keduanya inilah suasana kekeluargaan antara santri dan Kiai lebih terasa. dengan kelonggaran menjadikan tidak ada santri yang merasa takut akan segala peraturan yang menjadi kewajiban maupun larangan yang menjadi kebijakan pesantren al-Roudloh.
Akan tetapi, mereka juga senantiasa tergerakkan untuk melakukan apa yang menjadi kewajiban dan apa yang seharusnya dijauhi karena larangan, sebab kedsiplinan yang ditanamkan di Pondok pesantren Al-Roudloh.
terima kasih.....,
bagus
BalasHapus